Jepara dan Jawa Tengah di Ujung Tanduk: Pencitraan Menggila, Rakyat Kian Terjepit
_Oleh: Aklisjepara89_
Sektor pertanian sebagai penyokong utama ekonomi Jepara terus mengalami kemerosotan signifikan. Produktivitas menurun, akses permodalan melemah, dan regenerasi petani terhambat. Namun ironi tak berhenti di situ. Di saat rakyat berpeluh keringat menahan derita ekonomi, para pengambil kebijakan justru berlomba-lomba menunjukkan pencapaian artifisial di media sosial dan baliho raksasa.
Lebih mengecewakan lagi, para anggota legislatif yang semestinya menjadi corong rakyat dan pengawas jalannya pemerintahan justru ikut terjebak dalam euforia pencitraan. Mereka telah kehilangan daya kritis, kehilangan keberanian untuk menyampaikan kebenaran, dan kehilangan kepekaan terhadap jeritan rakyat yang kian hari kian terhimpit.
Rakyat kini hidup dalam ketidakpastian. Mereka “montang-manting” mencari celah bertahan di tengah dinamika ekonomi yang tak bersahabat. Sementara itu, para elite politik malah sibuk menciptakan fatamorgana kesejahteraan melalui program-program yang tak menyentuh akar masalah. Banyak kebijakan hanya bersifat tambal sulam—tanpa visi, tanpa evaluasi.
Kita harus jujur mengatakan: ini bukan lagi soal kegagalan teknis, melainkan kegagalan moral dan tanggung jawab. Publik tengah menjadi korban dari sebuah sistem yang lebih mengutamakan popularitas daripada keberpihakan.
Saya menulis ini bukan karena benci. Justru karena rasa cinta dan kepedulian saya terhadap Jepara dan Jawa Tengah. Terutama kepada kolega-kolega saya yang kini berada di lingkar kekuasaan. Jika kritik ini terasa keras, biarlah menjadi tamparan untuk menyadarkan: bahwa rakyat telah terlalu lama dibiarkan bertahan sendiri.
Kini saatnya berhenti berpura-pura. Waktu sudah mendesak, dan kepercayaan rakyat tidak bisa terus dijadikan komoditas politik. Kembalilah ke jalur yang benar. Bangun kembali keberpihakan, dan hentikan kamuflase pencapaian yang menyesatkan.
Jika tidak sekarang, kapan lagi? Jika bukan kita, siapa lagi?
(Redaksi)
0 Komentar