Disbudpar Selenggarakan Pelatihan Pengelolaan Desa Wisata di Kudus Selama 3 Hari Diikuti 45 Peserta
Disbudpar Kudus Gelar 'Pelatihan Peningkatan Kapasitas SDM Desa Wisata dan Pelatihan Tata Kelola Desa Wisata' yang berlangsung selama 3 hari mulai tanggal 17-19 Juni 2025. Acara tersebut berlangsung di Hotel Griptha Kudus Jalan R. Agil Kusumadya No. 100, Jati Wetan, Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Kepala Disbudpar Kudus Mutrikah mengatakan, pelatihan dilaksanakan agar peserta mengetahui dan memahami bagaimana merencanakan, mempersiapkan, dan melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan kepariwisataan dan ekonomi kreatif yang ada di desa wisata ataupun destinasi yang dikelola masing masing.
“Kita harapkan agar peserta dapat lebih meningkat tata kelola manajemen desa wisata yang akuntabel. Setelah memperoleh wawasan dan saling tukar informasi, maka diarahkan dapat lebih memperkuat strategi pengembangan desa ke depannya,” kata Mutrikah pada Selasa pagi, 17 Juni 2025.
Lebih lanjut Tika panggilan akrab Mutrikah menambahkan, bahwa kegiatan ini diselenggarakan selama tiga hari Selasa-Kamis 17-19 Juni 2025.
"Dua hari penyampaian materi, dan satu hari praktik lapangan," imbuhnya.
Tika juga menjelaskan, kegiatan ini sekaligus menggali potensi masing-masing desa untuk dapat dikembangkan dan meningkatkan perekonomian masyarakat.
“Semoga hasil dari kegiatan ini dapat ditindaklanjuti dalam rangka meningkatkan kinerja dan komitmen kita bersama dalam memajukan sektor kepariwisataan yang ada di Kabupaten Kudus," jelasnya.
Pemateri yang pertama Mutohhar akademis dan ketua Paguyuban Desa Wisata Kudus menyampaikan materi "Tata Kelola Desa Wisata".
Mutohhar mengatakan, bahwa Pengelolaan desa wisata adalah proses memberdayakan potensi desa untuk kepentingan masyarakat secara berkelanjutan melalui pengembangan pariwisata. Pengelolaan ini melibatkan berbagai pihak, termasuk masyarakat desa, pemerintah daerah, dan pihak swasta, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat dan melestarikan lingkungan serta budaya desa.
"Dengan pengelolaan yang baik, desa wisata dapat menjadi motor penggerak pembangunan desa, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan melestarikan potensi desa untuk generasi mendatang," kata Mutohhar.
Selanjutnya narasumber kedua oleh Tri Harjono dari Desa Wisata Institute Jogjakarta yang mengambil tema Manajemen Desa Wisata menyampaikan, dalam pelatihan ini sangat berguna untuk memperkuat sistem tata kelola dan manajemen sumber daya manusia (SDM) kepada para peserta.
“Pengelola desa wisata harus mengetahui tata kelola destinasi wisata didesanya yakni prinsip partisipatif, prinsip keterpaduan, prinsip kolaboratif dan prinsip keberlanjutan,” terangnya.
Ia juga menegaskan dalam mengembangkan potensi yang ada di desanya maka dibutuhkan kolaborasi dan sinergitas desa sehingga menjadi wisata kawasan yang dapat menarik bagi wisatawan.
“Untuk mendatangkan wisatawan perlu upaya strategi marketing. Hal ini dibutuhkan kekompakan dan sinergitas kepala desa dan warganya sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan bagi warganya secara luas,” jelas Tri Harjono.
Narasumber terakhir yakni; Andy Irawanto dari Desa Wisata Institute Jogjakarta menyampaikan, materi "Penyusunan dan SOP di Desa Wisata".
Perlu diketahui bahwa, SOP (Standar Operasional Prosedur) desa wisata adalah panduan tertulis yang menjelaskan langkah-langkah, prosedur, dan aturan yang harus diikuti dalam pengelolaan dan operasional desa wisata.
SOP ini bertujuan untuk memastikan efisiensi, efektivitas, dan konsistensi dalam memberikan pelayanan kepada wisatawan serta menjaga kelestarian desa wisata itu sendiri.
Pentingnya SOP dalam Desa Wisata.
"Dengan adanya SOP yang jelas dan terimplementasi dengan baik, desa wisata dapat menjadi destinasi wisata yang berkelanjutan, memberikan pengalaman positif bagi wisatawan, serta berkontribusi pada pemberdayaan ekonomi dan sosial masyarakat desa," pungkasnya.
Sementara itu, Noor Kamto dan Slamet peserta asal Desa Loram Wetan mereka mengungkapkan, senang bisa mengikuti kegiatan pelatihan peningkatan kapasitas SDM dan pelatihan tata kelola desa wisata.
"Senang bisa mengikuti kegiatan ini selama tiga hari, setelah acara ini akan kami tetapkan didesa Loram Wetan," katanya.
Peserta dari Desa Japan Kecamatan Dawe, Lusiana Maulida (Sekdes), dan Arum Mustika Wati (anggota Pokdarwis Parijotho) mengatakan, kami senang bisa ikut pelatihan, karena ini merupakan pengalaman yang tak terlupakan. Materi yang disampaikan oleh para pemateri dari Yogyakarta dan dosen UMK ini sangat luar biasa dan sangat membantu kami nantinya dalam mengelola wisata desa.
Desa wisata yang merupakan asset berharga dapat memberikan manfaat ekonomi, budaya dan lingkungan bagi komunitas lokal dan pengunjung.
"Hasil dari kegiatan ini, akan kami tindak lanjuti dalam rangka meningkatkan kinerja dan komitmen kita bersama dalam memajukan sektor kepariwisataan yang ada di Kabupaten Kudus," pungkasnya.
(Luq)
0 Komentar