Ribuan Warga Desa Megawon Hadiri Pengajian KH. A. Muwafiq Dalam Rangka Sedekah Bumi Desa Megawon

KUDUS - Ribuan warga Desa Megawon, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus menghadiri pengajian umum dalam rangka sedekah bumi yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa (Pemdes) Megawon.




Gelaran tersebut bertempat dilapangan desa setempat dengan pembicara KH. Ahmad Muwafiq dari Yogyakarta pada Senin malam 20 Mei 2025.

Tampak hadir dalam kegiatan sedekah bumi Desa Megawon, Camat Jati Fiza Akbar, Forkopimda, dan Forkompimcam, Kepala Desa se-Kecamatan Jati, Perangkat Desa, BPD, RT, RW, BUMDes, PKK, dan sejumlah tokoh agama, tokoh masyarakat, dan sejumlah tamu undangan serta warga.

Nurasag Kepala Desa (Kades) Megawon mengucapkan terima kasih kepada segenap panitia, sponsorship, dan semuanya yang terlibat dalam acara ini yang telah membatu demi sukses dan lancarnya kegiatan.

"Kami ucapkan terima kasih kepada panitia penyelenggara dan semua yang terlibat dalam kegiatan, sehingga kegiatan ini bisa berjalan dengan lancar, aman, dan sukses," katanya.

Kegiatan pada malam hari ini merupakan kegiatan sedekah bumi atau apitan, dimana kegiatan sedekah bumi ini sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rezeki berupa hasil bumi.

Lebih lanjut Nurasag menambahkan, bahwa kegiatan sedekah bumi merupakan kegiatan tahunan oleh Pemdes Megawon. Dalam acara sedekah bumi 2025 kita ambil tema "Merajut Harmoni, Merawat Bumi, Dan Menjaga Tradisi" artinya adalah apa yang telah diberikan bumi ini wajib kita syukuri dengan Do’a bersama dan bersedekah untuk menjaga bumi agar kita diberi keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan, serta tradisi leluhur kita jaga dan lestarikan.

"Sedekah bumi tahun 2025 ini kami mengambil tema; Merajut Harmoni, Merawat Bumi, Dan Menjaga Tradisi," imbuhnya.

Untuk memeriahkan acara sedekah bumi kita tampilkan tarian asli dari Desa Megawon yakni; tari Bun Ya Ho. Dimana tarian ini merupakan tari ciri khas Desa Megawon sejak saya kecil.

Tari Bun Ya Ho artinya mengajak kebaikan. Tari Bun Ya Ho diciptakan sekira tahun 1900-an oleh KH. Abdul Jalil (Muhammad Tamzis) asal Bumiayu Kebumen kemudian menetap di Desa Megawon dan menikah dengan Hj. Turah.

Ketika itu Desa Megawon minim tentang agama Islam oleh KH. Abdul Jalil dalam berdakwahnya dengan cara mengadakan tari kaum santri yang dipertunjukkan pada hari besar dan hajatan.

Perlu diketahui, bahwa sejak sebelum saya menjadi Kades Megawon tarian ini, tidak lagi ditampilkan, kemudian saya menggali informasi kepada orang-orang yang sepuh (tua) untuk bercerita tari Bun Ya Ho dan ciri khas tari tersebut.

Setelah mendapat informasi dan cerita dari berbagai sumber walaupun tidak sama persis pada zaman KH Abdul Jalil, namun setidaknya sudah mendekati, kemudian kita visualisasi dan modifikasi tari Bun Ya Ho kita sesuaikan dengan zaman.

"Sebelum saya menjadi Kades Tari ini belum pernah ditampilkan. Semenjak saya menjadi Kades pada tahun 2007 tari Bun Ya Ho saya menggali informasi berbagai pihak dan mulai latihan, kemudian tahun 2008 tari Bun Ya Ho kita tampilkan dengan sentuhan modernisasi," jelasnya.

Pada tahun 2014 tari Bun Ya Ho mulai kami tampilkan dalam berbagai kegiatan termasuk dalam HUT Kudus tahun 2017 yang diselenggarakan oleh Pemda Kudus tari Bun Ya Ho mendapat juara 2.

Menurutnya, tradisi dan pelestarian kebudayaan ini merupakan warisan para leluhur, maka kearifan budaya lokal ini, wajib kita lestarikan kepada anak cucu kita.

“Desa Megawon mempunyai dua warisan budaya yakni; “tari Bun Ya Ho dan “tari Getuk Giling” kedua tari tersebut wajib kita lestarikan,” terangnya.

Saat ini juga dalam pengurusan Hak Kekayaan Intelektual (HKI), agar kedua tari yang dimiliki oleh Desa Megawon tercatat sebagai hak cipta atau hak paten.

“Dengan adanya acara Sedekah Bumi atau Apitan ini, semoga kedepan Desa Megawon bisa selamat, pemerintah desa selamat, warga desanya selamat, guyub rukun, adem ayem tentrem yang pada akhirnya masyakarat Desa Megawon bisa maju dan semakin sejahtera,” pungkasnya.

Sementara itu, Fiza Akbar Camat Jati mengapresiasi Desa Megawon yang menyelenggarakan kegiatan sedekah bumi ini dengan meriah dengan tampilan seni budaya yang luar biasa.

Kami dari pemerintah Kecamatan Jati mendorong, memotivasi, dan akan berusaha berkoordinasi dari dinas pariwisata dan berbagai OPD, agar budaya dan kearifan lokal yang dimiliki oleh Desa bisa segera di urus HKI, dapat di jadikan hak paten, juga menjadi destinasi wisata yang dimiliki oleh Kabupaten Kudus.

Sementara itu, Kholifah Putri Handayani, Gwenesha Zia Ayasha penari Bun Ya Ho mengatakan, kami senang bisa ikut terlibat dan bisa menampilkan tari khas Desa Megawon. Setiap tahun kami tampil dalam acara sedekah bumi yang diselenggarakan oleh Pemdes.

"Kami senang bisa terlibat dalam penampilan tari Bun Ya Ho sejak tahun 2008 hingga sekarang ini, cuma di tahun 2020 hingga tahun 2022 kita tampil karena ada pandemi Covid-19. Kami selalu diminta untuk bisa berpartisipasi dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Pemdes Megawon," katanya.

(Luq)

0 Komentar

bumdes
Redaksi https://www.pertapakendeng.com/2023/02/redaksi.html