Bukti Bocor, Mulut Nyolot! Kadisparbud Jepara Bungkam Fakta, Serang Media!
JEPARA – Di tengah derasnya sorotan publik atas dugaan penyelewengan dana tiket masuk Pantai Bandengan saat event SPECTA 2024, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jepara, Moh Eko Udyyono, justru tampil arogan.
Bukannya memberikan klarifikasi dengan data dan transparansi, sang kadis malah menyebut pemberitaan investigatif sebagai “sampah.”
“Berita yang sudah beredar itu sampah! Lagipula, siapa yang menulis? Nama wartawannya saja tidak muncul,” lontarnya penuh emosi saat dikonfirmasi oleh Radar Nasional, Kamis (03/04/2025).
Pernyataan ini sontak menyulut kemarahan banyak pihak. Pasalnya, tudingan "sampah" itu ditujukan kepada laporan yang justru mengungkap indikasi kebocoran dana besar dari retribusi wisata yang seharusnya masuk ke kas daerah.
*SPECTA 2024: Tiket Harusnya Gratis, Kenapa Masih Ditarik?*
Sesuai instruksi dari Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah, event Sport Tourism Event (SPECTA) 2024 yang digelar 26–27 Oktober 2024 di Pantai Bandengan harusnya bebas tiket masuk demi menarik minat publik dan mengangkat sektor wisata lokal.
Namun kenyataan di lapangan sungguh memalukan. Pengunjung—termasuk panitia—masih dimintai tiket masuk seperti hari biasa.
Fakta mencengangkan lainnya terungkap lewat investigasi media Pertapakendeng.com: tidak ada setoran tiket masuk pada 27–28 Oktober 2024 ke bendahara penerimaan. Yang dilaporkan hanya retribusi parkir dari mobil pribadi dan bus besar—sementara kendaraan lain seperti bus kecil dan travel lenyap dari catatan.
*Lalu, ke mana uang dari ribuan pengunjung itu menguap?*
*PAD Bocor, Target Gagal, Tapi Kadis Masih Nyolot*
Data resmi menunjukkan sektor pariwisata Jepara hanya menghasilkan Rp4,96 miliar, atau 82% dari target Rp5,9 miliar pada tahun 2024. Kebocoran ini jelas bukan isu kecil—tapi dugaan serius tentang kelalaian atau bahkan praktik kotor di balik pengelolaan pariwisata Jepara.
Ketua Lembaga Jepara Membangun (LJM), Yuli Suharyono, mengecam keras:
“Kalau tidak ada laporan pemasukan dari tiket padahal pengunjung tetap ditarik bayaran, itu namanya bukan kelalaian—itu manipulasi! Ini harus diaudit dan ditindak!”
*Alih-Alih Klarifikasi, Kadis Malah Serang Media*
Daripada menjelaskan aliran dana dan membuka laporan keuangan, Kadisparbud Jepara memilih jalan pintas: menghina media yang membongkar dugaan kebocoran. Sikap ini menuai reaksi keras dari masyarakat:
*Kalau tak salah, kenapa panik? Kenapa tidak tunjukkan bukti?*
“Berita disebut sampah, padahal isinya fakta. Jangan-jangan yang sampah justru cara kerjanya?”
Kini publik menunggu:
Apakah kasus ini akan dibongkar tuntas atau justru dikubur bersama arogansi kekuasaan?
Yang jelas, kebenaran tak bisa ditenggelamkan hanya dengan kata-kata kasar.
Jika bukti sudah berbicara, maka kebungkaman adalah pengakuan tak langsung.
Petrus
0 Komentar