Mitos Ataukah Takdir, Bupati Pati Tidak Dari Orang Pati Selatan

 PATI- Berkembang Mitos di Masyarakat terkait dunia politik. Dua mitos besar di Pati, mitos pertama yakni jika ada presiden Indonesia yang datang ke Pati maka tidak akan lama masa jabatannya. Dan mitos ke dua orang Pati selatan tidak bisa menjadi Bupati Pati. Kali ini kita menguak mitos yang ke dua yang masih terbukti hingga kini.


Kadipaten Pati Pesantenan adalah penggabungan dua wilayah yang sebelumnya bertikai. Yakni Kadipaten Parang Garudo yang wilayah kekuasaannya dari lereng gunung Kendeng utara memanjang dari barat ke timur berbatasan dengan Kabupaten Grobogan (kini menjadi Dapil 4 dan 5).

Kemudian Kadipaten Carang Soko, yang wilayah kekuasaannya meliputi Pesisir Pantai Utara Jawa Tengah bagian timur (kini menjadi Dapil 1, 2 dan 3).

Awalnya, Adipati Parang Garudo yang bernama Yudhopati dan Adipati Carangsoko bernama Puspo Andungjoyo ingin menyatukan kedua wilayah tersebut (Kadipaten Paranggarudo dan Kadipaten Carangsoko) dengan cara menjodohkan kedua anak mereka.

Namun Adipati Yudhopati marah lantaran anak Adipati Puspa Andungjoyo, Dewi Rayung Wulan menolak dan melarikan diri saat acara pernikahan. Dewi Rayung Wulan tidak mau dijodohkan dengan anak Adipati Yudhapati, yakni Raden Jasari, yang cacat fisik dan buruk rupa.

Kemarahan Adipati Paranggarudo tidak hanya pada Adipati Carangsoka yang anaknya Dewi Rayung Wulan melarikan diri, tapi juga marah pada Ki Sukmayono, Panemu (pemimpin) di wilayah Majasemi (bagian dari wilayah Carangsoko), yang telah menyembunyikan Dewi Rayung Wulan dalam pelarian bersama Dalang Soponyono.

Pertumpahan darah pun tidak bisa dielakan. Dalam peperangan, Adipati Yudhopati berhasil membunuh Penemu Raden Sukmayana. Namun Adipati Yudhopati juga tewas dibunuh Raden Kembangjoyo, adik dari Raden Sukmayono. Selain Yudhopati dan Sukmayono, perang juga menelan banyak korban.

Lantaran berhasil membunuh Adipati Yudhopati, Adipati Puspa Andungjoyo menjadikan Raden Kembangjoyo sebagai menantu, dijodohkan dengan putrinya, Dewi Rayung Wulan. Tidak hanya itu, tahta Kadipaten Carangsoka pun diserahkan pada Dia. Setelah itu, Kembangjoyo menyatukan dua wilayah itu menjadi satu dan diberi nama Kadipaten Pati Pesantenan. Namanya berganti Adipati Joyokusumo. 

Setelah Raden Jayakusuma meninggal, kepemimpinan di Kadipaten Pati Pesantenan diteruskan anak tunggalnya, yakni Raden Tambranegara.

Di balik pertumpahan darah ada senjata kadipaten Carangsoko yang menjadi lambang kejayaan kadipaten Pati, (kini kabupaten Pati) dengan nama keris Rambut Pinutung dan kuluk Kanigoro. Berkembang mitos hingga sekarang bahwa pemimpin kabupaten Pati hanya dari orang-orang yang tinggal di Carangsoko karena Rambut Pinutung dan Kuluk Kanigoro sebagai lambang kejayaan kabupaten Pati adalah milik Carangsoko, bukan Pati bagian selatan.

Kini dalam Pilbup kabupaten Pati 2024 ada tiga Calon Bupati, satu diantaranya dari Pati bagian selatan, mampukah menembus mitos. Andaikan mampu apakah bisa berjaya hingga tuntas masa jabatannya?

 Dari survey penulis, Masyarakat hingga kini masih percaya mitos karena terbukti hingga kini, meskipun semua takdir Allah SWT bahwa Bupati Pati bukan dari orang Pati bagian Selatan.

Opinion by Mr. Yanto Pati, 21 Nov 2024.

0 Komentar

bumdes
Redaksi https://www.pertapakendeng.com/2023/02/redaksi.html