Warga Desa Jati Wetan Keluhkan Getaran dan Suara Bising Alat Pancang Proyek WIKA

KUDUS - Ketua DPRD beserta Ketua Komisi C dan dinas PU-PR Kabupaten Kudus, tinjau Progres pembangunan kolam retensi Dukuh Gendok Desa Jati Wetan, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Kamis, 30/05/2024.

Mas'an Ketua DPRD Kudus Saat Tinjau Penancapan Tiang Pancang 

Dalam pelaksanaan pembangunan yang baru berjalan sekitar 16 %, dengan dibiayai dari dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) itu, menimbulkan berbagai dampak yang dirasakan warga sekitar pengerjaan proyek kolam retensi tersebut. Diantaranya yang dikeluhkan adalah suara getaran kuat dan suara bising yang ditimbulkan oleh PDH (Pile Driver Hammer), yakni alat pancang yang digunakan untuk menancapkan paku bumi di kali Kencing dukuh Gendok.

Seperti yang dikeluhkan Sri Suwarni dan Sarmonah warga Dukuh Gendok RT 04/RW 03 Desa Jati Wetan kepada wartawan pertapakendeng.com, bahwa getaran dan suara bising yang dirasakan cukup keras.

"Suarane bising sampai terkadang tidak bisa tidur siang, suara bising dan getaran rumah ini mben dino (setiap hari) kami rasakan mulai pagi jam 07.00 atau 08.00 hingga sore sekira pukul 17.00 WIB", katanya.

Selain getaran dan suara bising yang mereka keluhkan, warga yang tanahnya kena proyek juga merasa kecewa. Pasalnya, proyek sudah beroperasinya, namun uang pembebasan lahan belum dibayarkan kepada para pemilik tanah.

Sementara itu, Moh. Sugiyanto selaku kepala dusun (Kadus) menyatakan, bahwa warga dan Pemerintah Desa (Pemdes) Jati Wetan tidak menolak pembangunan kolam retensi di Dukuhnya, namun dia berharap agar pelaksana proyek tetap memikirkan tentang bagaimana dampak yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut.

"Kami senang ada proyek kolam retensi di Desa kami, karena ini akan mengurangi dampak banjir yang terjadi di Desa Jati Wetan khusunya dan warga sekitar pada umumnya, namun jangan lupa terhadap dampak yang merugikan warga," katanya.

Sugiyanto menambahkan, dirinya pernah menghubungi Via Telepon kepada Yanto yang mengaku sebagai Humas PT WIKA. Dalam percakapan, Sugiyanto menyarankan kepada pihak PT. Wika agar menggunakan HSPD (Hydraulic Static Pile Driver), yang bekerja dengan penetrasi tinggi yang ramah lingkungan dan tidak menimbulkan Getaran dan Suara bising.

Dalam percakapan tersebut, pihak Yanto yang katanya bagian Humas dari PT WIKA justru memberikan jawaban yang tidak kooperatif.

"Eeee..., dikasih masukan malah dia bilang, "warga yang mana?, Hal ini sangat melukai hati warga, sebab warga itu memang merasakan langsung dampak alat pancang tersebut," ujarnya.

Sugiyanto berharap kepada pelaksana proyek ini agar ada "Win-win Solution" jalan keluar yang terbaik, agar proyek tetap jalan, sementara warga juga tidak mengeluh dan kecewa.

Nasar, direksi Teknis lapangan PT WIKA 
Sedangkan Nasar, direksi Teknis lapangan dari BBWS ketika ditanya kenapa tidak menggunakan alat PDH bukan HSPD yang ramah lingkungan, Nasar menjawab bahwa tempatnya tidak memungkinkan.

"Untuk proyek disini tidak memungkinkan membawa alat tersebut, kita butuh Paltform yang level, karena ini lokasinya di sungai jadi Fleksibel, ini kita pakai hammer gantung, bukan pakai lider karena kalau pakai lider tidak punya jangkauan", tuturnya kepada awak media.

Namun Sugiyanto menimpali, bahwa itu hanya alasan yang dibuat.

"Sekarang ini apa yang tidak memungkinkan?, semua serba modern kok nggak bisa ngapain?!", pungkas Suyanto.

(Luq)

0 Komentar

bumdes
Redaksi https://www.pertapakendeng.com/2023/02/redaksi.html