Mampukah Satreskrim Polresta Pati Ungkap Misteri Kematian Jhoni

PATI- Kematian Jhoni (33) warga desa Kedungwinong RT 10/RW 01, yang dinilai tak wajar, memunculkan bermacam opini di kalangan masyarakat Sukolilo dan sekitarnya. Malam itu, sekira pukul 00.30 WIB, seorang warga desa Baleadi dikejutkan dengan sesosok korban tergeletak di selatan jalan penghubung Kedungwinong-Sukolilo, Kabupaten Pati, Jum'at (10/05/24).

Ketika reporter pertapakendeng.com bermaksud untuk konfirmasi kepada Kapolsek Sukolilo AKP Sahlan, S.H., M.H., pihaknya hanya menjawab melalui percakapan pesan singkat WhatsApp, bahwa hal tersebut penanganannya diambil alih oleh Satreskrim Polresta Pati, sehingga belum bisa memberikan keterangan kepada media.


Dari informasi yang dihimpun oleh media online pertapakendeng.com, saksi yang diketahui warga Baleadi yang kebetulan melintas di jalan sebelah barat SMP Negeri 1 Sukolilo tersebut menyangka, bahwa korban mengalami Laka tabrak lari. Saksi pun kemudian menyampaikan kejadian tersebut di Koramil Sukolilo yang kemudian dilanjutkan ke Mapolsek Sukolilo.

Menerima laporan tersebut, Kapolsek Sukolilo AKP Sahlan, S.H., M.H. pun segera mengerahkan Reskrim untuk melakukan pengecekan dan olah TKP. Namun setelah dilakukan penelitian, korban diduga bukan merupakan korban laka lantas. Dugaan sementara mengarah pada tindakan penganiayaan dan pembunuhan berencana secara bersama-sama.

Dugaan tersebut didukung oleh beberapa bukti, diantaranya adalah, beberapa luka pada tubuh korban yang ditengarai sebagai luka akibat sabetan senjata tajam. Korban kemudian dikirim ke rumah sakit untuk diotopsi dan laboratorium forensik pihak Polda Jateng.

Adapun kondisi korban, korban mengalami luka semacam sabetan senjata tajam di kening bagian kanan hingga di atas telinga, sepanjang sekitar 15 cm, hingga isi kepala bercecer di jalan, kedua belah mata lebam, hidung dan telinga mengeluarkan darah, mulut korban pun mengalami luka seperti dijeblok benda tumpul, bagian lambung kiri terdapat luka-luka memar, serta di atas lutut bagian kanan terdapat luka sayatan sepanjang 7 cm.

Sulit dipercaya bahwa kematian Jhoni adalah murni akibat kecelakaan. Pasalnya, pada saat ditemukan, korban masih mengenakan helm, sementara batok kepala hampir terbelah.

"Kemungkinan usai korban dibantai, pelaku kemudian mengenakan helm tersebut ke kepala korban untuk mengelabui agar seolah-olah korban meninggal akibat kecelakaan", beber KAR (47) paman korban.

"Korban ditemukan tergeletak dalam kondisi miring ke kanan, kaki keadaan lutut menekuk tidak selonjoran, kepala di arah barat, di sebelah selatan jalan, sedangkan sepeda motor berada di sebelah Utara jalan, agak ke barat dengan jarak sekitar 30 meter, ini kan janggal kalau sekedar kecelakaan mas?", imbuh KAR.

Sementara, Surono (62), warga tambang yang rumahnya hanya berjarak sekitar 15 meter dari TKP, mengaku hanya mendengar suara keras seperti orang mbengok (berteriak), yang disangkanya para pemuda mabuk.

"Saya nggak tahu kalau ada kejadian ditemukan mayat di sana, tahu saya hanya ada suara keras, saya kira itu suara para pemuda, karena di sini biasa banyak pemuda lewat sambil minum dan mabuk", papar Surono sambil memanen jagung di sawah.

Sedangkan pihak keluarga korban mengaku baru tahu sekitar pukul 01.30 WIB, Jum'at dini hari. Sarijan (60) ayah korban dan Sukini ibu Korban, menceritakan bahwa pagi itu ada orang totok-totok pintu. Setelah pintu dibuka, ternyata itu adalah ipar mereka.

"Dhe! Jhoni no omah ora? Ora ono, lha ono opo ma? Lha lalu dia ngabari jare Jhoni ninggal karena kecelakaan", ujar Sarijan yang dibenarkan Sukini sambil menangis.

Sarijan dan istri pun mengungkapkan kesedihannya ketika diwawancara oleh awak media. Lebih sedih lagi ketika dia melihat putra Jhoni semata wayang yang sekarang duduk di bangku kelas 5 SD, yang masih sangat membutuhkan kasih sayang dari orang tua.

Jhoni adalah putra sulung pasangan Sarijan dan Sukini dari tiga bersaudara. Jhoni meninggalkan seorang putra yang masih duduk di bangku kelas 5 SD, yang rencananya bulan depan akan dikhitan.

Masyarakat terlebih keluarga korban berharap banyak kepada kepolisian untuk segera dapat mengungkap misteri Kematian Jhoni. 

"Ini kalau pelaku tidak tertangkap, artinya polisi tidak bisa bekerja, lha wong hp korban itu sudah diperiksa oleh penyidik, dengan siapa saja korban berkomunikasi serta siapa orang terakhir yang dihubungi kan ada, masak nggak bisa mengungkap?", ujar FD warga yang tidak mau disebut namanya.

Hal tersebut diungkapkan, lantaran masyarakat tidak ingin kejadian serupa terjadi lagi di kemudian hari. 

"Masyarakat butuh rasa aman mas", pungkasnya.

(Sumadi)



0 Komentar

bumdes
Redaksi https://www.pertapakendeng.com/2023/02/redaksi.html