Festival Sewu Kupat Muria Bisa Meningkatkan Jumlah Wisatawan di Lereng Gunung Muria Kudus

KUDUS - Festival Sewu Kupat Muria 2024 sukses digelar di Taman Ria Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus pada Rabu (17/4/2024). Dimana tradisi syawalan sewu kupat ini sempat vakum beberapa tahun terakhir.





Sebanyak 23 gunungan ketupat, lepet, dan hasil bumi dari 18 Desa di kecamatan Dawe untuk meriahkan prosesi kirab mulai dari kompleks makam Sunan Muria hingga Taman Ria Colo.


Pemerintah Desa Colo menyiapkan enam gunungan, sisanya 17 gunungan disiapkan oleh 17 Desa yang berada di Kecamatan Dawe. Diantaranya, Desa Japan, Dukuh Waringin, Kajar, dan lainnya.


Sebelum dikirab, gunungan kupat dan lepet didoakan terlebih dahulu di Makam Sunan Muria sekaligus ngalap berkah. Kemudian dikirab sejauh sekitar 300 meter dari Makam Sunan Muria menuju Taman Ria.


Pj Bupati Kudus HM Hasan Chabibie membuka acara yang dihadiri Anggota DPR RI H. Musthofa yang sekaligus menjadi penggagas tradisi Sewu Kupat tersebut ketika menjadi Bupati Kudus (periode 2008-2018).


Dalam acara tersebut tampak hadir pula, Ketua DPRD Kudus Masan, Kapolres Kudus AKBP Dydit Dwi Susanto, dan Dandim 0722/Kudus Letkol Inf Andreas Yudhi Wibowo, Camat Dawe Fammy Dwi Arfana dan sejumlah tamu undangan yang lain.


Pj Bupati Kudus M. Hasan Chabibie dalam sambutannya menyampaikan apresiasi yang tinggi terhadap warga Desa Colo dan desa lain se-Kecamatan Dawe yang sukses menggelar Festival Sewu Kupat Muria 2024 ini.


Sebab, tradisi ini sempat vakum beberapa tahun. Tradisi sewu kupat juga sebagai bentuk syukur yang kemudian kami berharap masyarakat Kudus semakin makmur dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Kami berharap masyarakat bisa mendapatkan berkah dari Sunan Muria.


Sedangkan H. Musthofa mengatakan, sudah seharusnya masyarakat nguri-uri budaya yang telah ada. Baik ada ataupun tanpa adanya dukungan anggaran dari pemerintah daerah. 


"Jadi harapan saya siapapun pejabatnya, agenda ini akan selalu berjalan. Karena ini milik warga,” katanya.


Ketua Panitia Festival Sewu Kupat Muria 2024 Muhammad Antono mengatakan, pihaknya akan segera mendaftarkan tradisi lokal Desa Colo tersebut untuk mendapatkan sertifikat hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dari Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkum HAM) Republik Indonesia (RI).


”Rencananya setelah acara ini, kami akan urus semua persyaratannya. Kami juga sudah menghubungi pihak-pihak terkait yang bisa untuk proses HAKI", katanya.


Hal tersebut dilakukan agar tradisi yang sudah ada sedari nenek moyang ini bisa terus Lestari dan mendapat pengakuan jika budaya ini merupakan budaya otentik dari Kudus.


Pada tahun ini sendiri, tradisi sewu kupat dikemas dalam acara Festival Sewu Kupat Muria Kudus 2024. Walau berbeda dari segi penyebutan acara, namun maknanya tetap sama.


Lebih lanjut Antono menambahkan, bahwa tradisi Sewu Kupat atau seribu kupat itu bukan berarti jumlah ketupat yang dibawa itu berjumlah sebanyak seribu ketupat. Seribu di sini memiliki makna berbondong-bondong atau berbarengan, sengkuyung dan bersama-sama.


Kemudian kupat atau ketupat, memiliki bahasa Jawa, yaitu 'ngaku lepat' (mengakui kesalahan dan laku papat, empat tindakan). Tindakan yang dimaksud adalah lebaran, luberan, leburan, dan laburan.


”Jadi singkatnya di tradisi ini, semua masyarakat di Kecamatan Dawe mengakui kesalahan dan kemudian saling memaafkan, di suasana Lebaran Ketupat ini, ini juga sebagai bentuk nguri-uri budaya dan kearifan lokal", imbuhnya.


Pada tahun ini ada sebanyak 18 desa di Kecamatan Dawe yang berpartisipasi. Mereka secara swadaya membuat gunungan dan ikut menyemarakkan tradisi peninggalan nenek moyang ini.


”Tahun ini ada 18 desa dengan total gunungan ada 23 buah, ini menjadi sebuah bentuk pelestarian budaya yang sudah ada sejak era Sunan Muria", pungkasnya.


Sementara itu, Hj. Mutrikah kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Kudus menyampaikan apresiasi yang tinggi terhadap warga Desa Colo dan Desa yang lain se-Kecamatan Dawe yang sukses menggelar Festival Sewu Kupat Muria tahun 2024 ini.


Kegiatan Festival Sewu Kupat Muria merupakan salah satu event yg bisa dijadikan pengungkit untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan di Kabupaten Kudus.


Sehingga ada dampak Multiplier effect yang akan meningkatkan ekonomi masyarakat sekitarnya, sehingga daya Tarik Wisata di Lereng Muria Kudus.


Sekedar informasi Di Kabupaten Kudus juga ada tradisi lain saat bodho kupat. Adalah Festival Budaya Bulusan di Desa Hadipolo, Jekulo. Kemarin, acara ini berlangsung meriah. Warga berebut gunungan ketupat dan hasil bumi yang diarak. Tak lupa diujung acara prosesi pemberian makan bulus berupa kepala ayam oleh tokoh masyarakat.


Tak hanya kirab, tradisi Syawalan juga diisi kegiatan menarik lain. Di antaranya, lomban perahu di Wisata Mbalong Sangkal Putung. Masyarakat dapat menikmati wahana air dengan menaiki perahu, bebekan, dan rumah balon dengan membayar tiket Rp 10 ribu per orang. Juga pentas seni pertunjukan anak-anak Desa Kesambi.

(Luq)

0 Komentar

bumdes
Redaksi https://www.pertapakendeng.com/2023/02/redaksi.html