Menanamkan Pendidikan karakter Cinta Lingkunganm Melalui Kegiatan “Lisa Dan Semut” di SMA Negeri 7 Semarang

SEMARANG - Abstrak: Best practice ini bertujuan untuk mengetahui pembiasaan menjaga dan peduli kebersihan lingkungan sekolah, ketersediaan tempat pembuangan sampah, pembiasaan memisahkan jenis sampah, penyediaan peralatan kebersihan dan memprogramkan program cinta lingkungan. Tulisan ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Teknik observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Sumber data dalam tulisan ini berupa data primer dan data sekunder. Hasil menunjukkan bahwa pembiasaan menjaga kebersihan lingkungandan kelestarian lingkungan disekolah dilaksanakan melalui kegiatan LISA dan SEMUT dan agenda komunitas kader adiwiyata. Ketersediaan tempat pembuangan sampah disekolah memiliki kondisi layak, pembiasaan memisahkan jenis sampah organik dan anorganik sudah dilaksanakan secara konsisten, penyediaan peralatan kebersihan disekolah dilaksanakan secara maksimal, serta program cinta bersih lingkungan melalui komunitas sekolah adiwiyata.


Kata kunci: Pendidikan Karakter, Cinta Lingkungan, Kegiatan Lisa dan Semut

Abstract: This best practice aims to determine the habit of maintaining and caring for the cleanliness of the school environment, the availability of rubbish disposal sites, the habit of separating types of waste, providing cleaning equipment and programming environmental love programs. This paper uses a qualitative approach with descriptive methods. The data collection techniques used were observation, interviews and documentation studies. The data sources in this paper are primary data and secondary data. The results show that the habit of maintaining environmental cleanliness and environmental sustainability in schools is implemented through LISA and SEMUT activities and the agenda of the Adiwiyata cadre community. The availability of waste disposal sites at schools is in proper condition, the habit of separating organic and inorganic waste has been implemented consistently, the provision of cleaning equipment at schools is implemented optimally, as well as the environmental cleanliness program through the adiwiyata school community.


Keywords: Character Education, Love of the Environment, Lisa and Semut Activities

PENDAHULUAN

Isu tentang lingkungan hidup merupakan salah satu perhatian utama dunia internasional saat ini. Hal ini dipicu oleh perilaku manusia yang kurang peduli pada lingkungannya yang menyebabkan kondisi lingkungan alam semakin hari semakin memprihatinkan. Menurut Wiyani (2012:4) “Salah satu upaya untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia adalah munculnya gagasan pendidikan karakter dalam dunia pendidikan di Indonesia”. Pendidikan karakter untuk menjaga lingkungan hidup haruslah menyentuh kepada usia dini. Lembaga-lembaga pendidikan pengajaran yang langsung membangun pola pikir peserta didik untuk dapat menjaga lingkungan.

Pendidikan karakter sesungguhnya telah tercermin dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dimana Pasal 3 menyebutkan: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Secara etimologis, kata karakter berarti tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain atau watak (Tim Redaksi Tesaurus, 2008:229). Orang berkarakter berarti orang yang memiliki watak, kepribadian, budi pekerti, atau akhlak. Menurut Lickona, karakter mulia ( good character ) meliputi pengetahuan tentang kebaikan, lalu menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan, dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan. Dengan kata lain, karakter mengacu kepada serangkaian pengetahuan (cognitives), sikap (attitudes), dan motivasi (motivations), serta perilaku (behaviors) dan keterampilan (skills).

Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa karakter identik dengan akhlak, sehingga karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yamg universal yang meliputi seluruh aktivitas manusia, baik dalam rangka berhubungan dengan Tuhannya dengan dirinya, dengan sesama manusia maupun dengan lingkungannya, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Dari konsep karakter ini muncul konsep Pendidikan karakter (character education).

Pendidikan karakter tidak sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah kepada anak, tetapi lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang yang baik sehingga siswa paham, mampu merasakan, dan mau melakukan yang baik. Pendidikan karakter ini membawa misi yang sama dengan pendidikan akhlak atau pendidikan moral. Pembudayaan karakter (akhlak) mulia perlu dilakukan dan terwujudnya karakter (akhlak) mulia yang merupakan tujuan akhir dari suatu proses pendidikan sangat didambakan oleh setiap lembaga yang menyelenggarakan proses pendidikan.

Secara etimologis, kata karakter berarti tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain atau watak (Tim Redaksi Tesaurus, 2008:229). Orang berkarakter berarti orang yang memiliki watak, kepribadian, budi pekerti, atau akhlak. Menurut Lickona, karakter mulia ( good character ) meliputi pengetahuan tentang kebaikan, lalu menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan, dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan. Dengan kata lain, karakter mengacu kepada serangkaian pengetahuan (cognitives), sikap (attitudes), dan motivasi (motivations), serta perilaku (behaviors) dan keterampilan (skills).

Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa karakter identik dengan akhlak, sehingga karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yamg universal yang meliputi seluruh aktivitas manusia, baik dalam rangka berhubungan dengan Tuhannya dengan dirinya, dengan sesama manusia maupun dengan lingkungannya,  yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Dari konsep karakter ini muncul konsep Pendidikan karakter (character education).

Pendidikan karakter tidak sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah kepada anak, tetapi lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang yang baik sehingga siswa paham, mampu merasakan, dan mau melakukan yang baik. Pendidikan karakter ini membawa misi yang sama dengan pendidikan akhlak atau pendidikan moral. Pembudayaan karakter (akhlak) mulia perlu dilakukan dan terwujudnya karakter (akhlak) mulia yang merupakan tujuan akhir dari suatu proses pendidikan sangat didambakan oleh setiap lembaga yang menyelenggarakan proses pendidikan.

 Budaya atau kultur yang ada di lembaga, baik sekolah, kampus, maupun yang lain, berperan penting dalam membangun akhlak mulia di kalangan sivitas akademika dan para karyawannya. Karena itu, lembaga pendidikan memiliki tugas dan tanggung jawab untuk melakukan pendidikan akhlak (pendidikan formal) bagi para peserta didik dan juga membangun kultur akhlak mulia bagi masyarakatnya. Sekolah menjadi lembaga pendidikan sebagai media berbenah diri dan membentuk nalar berpikir yang kuat dengan membentuk karakter peserta didik dengan nilai-nilai luhur. Sekolah juga tempat yang signifikan bagi siswa dalam tahap perkembangannya dan merupakan sebuah lingkungan sosial yang berpengaruh bagi kehidupan mereka. Sehubungan dengan hal tersebut, penanaman kepedulian terhadap kelestarian lingkungan di lingkungan sekolah perlu dilakukan sejak dini agar terbentuk rasa menghargai, memiliki dan memelihara lingkungan pada peserta didik.

Perilaku peduli lingkungan hidup atau lebih dikenal dengan cinta lingkungan merupakan perailaku atau tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang terjadi. Namun tidak jarang kita temui banyak sekali anak-anak bahkan orang dewasa sebagai pencontoh yang tidak cinta lingkungan terhadap sampah yang berserakan, merusak taman serta membuang sampah sembarangan, hal tersebut terjadi karena rendahnya perilaku peduli atau cinta lingkungan sejak dini.

Perilaku peduli atau cinta lingkungan merupakan hal yang harus ditanamkan secara terus menerus melalui pembiasaan. Aspek-aspek cinta lingkungan yang dikembangkan di sekolah meliputi pembiasaan memelihara kebersihan dan kelestarian lingkungan sekolah, tersedia tempat pembuangan sampah, melakukan pembiasaan memisahkan jenis sampah organik dan anorganik, menyediakan peralatan kebersihan, serta memprogramkan cinta bersih lingkungan.

Rasa cinta, peduli dan kesadaran dari peserta didik akan pentingnya menjaga lingkungan hidup akan menciptakan lingkungan sekolah yang sehat dan nyaman. Lingkungan sekolah yang sehat dan nyaman ini dapat meningkatkan prestasi dan kreativitas peserta didik. Hal ini dapat terwujud dengan dukungan berbagai elemen sekolah termasuk kegiatan atau program-program disekolah. Melalui program kegiatan sekolah, peserta didik akan lebih mudah mengaplikasikan nilai - nilai pendidikan karakter yang diterimanya serta mewujudkannya dalam bentuk prestasi dan kreativitas.

Oleh sebab itu, setiap program kegiatan sekolah yang melibatkan seluruh warga sekolah sangat pontesial untuk membina perilaku peserta didik. Salah satu kegiatan sekolah di SMA Negeri 7 Semarang adalah setiap hari Jumat ada kegiatan dengan istilah LISA dan SEMUT yang artinya “Lihat Sampah Segera Pungut”. Istilah ini dimaksudkan agar setiap anak bisa lebih gampang mengingat dan termotivasi untuk melakukan kegiatan cinta atau peduli lingkungan.


0 Komentar

bumdes
Redaksi https://www.pertapakendeng.com/2023/02/redaksi.html