Duh Gusti!!! Sri Rahayu Lumpuh Setelah Mengalami Saraf Kejepit, Tak Ada Uang dan Sarana Transportasi ke Rumah Sakit

PATI- Nasib kurang beruntung dialami oleh seorang ibu yang menyandang saraf kejepit, yang menyebabkan dirinya tak mampu melakukan aktivitas apapun kecuali menunggu darma Bhakti anak semata wayangnya yang senantiasa merawatnya seorang diri. Sementara suaminya bekerja sebagai sopir di Kalimantan, masih belum diketahui kabar terakhirnya, karena tidak ada signal di sana.


Siang itu, Minggu, 10 September 2023, Wartawan pertapakendeng.com bertandang ke Rumah Sri Rahayu (46), warga RT 05/RW 02 desa Karangwono, Kecamatan Tambakromo ini, sungguh sangat memprihatikan. Dinding rumah yang terbuat dari bambu anyaman bolong-bolong, seperti tembus pandang dari sisi luar rumah, seolah tak mampu menghalangi terpaan angin dingin yang menerobos masuk ke dalam.


Dipan dengan selambu Kumal termakan usia, di atas lantai tanah retak-retak, orang Jawa menyebutnya telo. Mungkin lebih layak disebut kandang ayam. Di pojok berdiri almari terbuat dari kayu Kalimantan. Sedangkan di samping kiri bersandar kursi roda sebagai sarana jalan bagi penyandang kelumpuhan. Namun kursi roda ini tak berarti bagi Sri Rahayu karena lantai tanah retak seperti telo yang tak mendukung untuk berjalannya roda. 


Sehari-hari Sri Rahayu lebih banyak di rumah sendiri tanpa keluarga yang membantu dan merawat. Anak laki-laki satu-satunya yang masih duduk di bangku MTS terpaksa putus sekolah demi mencari nafkah untuk ibunya, sebagai pengganti tulang punggung keluarga. Sedangkan Sanga bapak bekerja sebagai sopir di Kalimantan belum diketahui kabar terakhirnya.


Di dalam rumah kecil yang jauh dari pemukiman warga ini, nyaris tak ada barang berharga di dalamnya. Lebih ironis lagi ketika perempuan satu anak ini bermaksud berobat ke Rumah Sakit karena tak mampu menahan rasa sakit. Sementara, baik sarana dan prasarana maupun finansial dalam kondisi tidak ada sama sekali. 


Memang Si Rahayu ini termasuk salah satu pengguna BPJS mandiri kelas 3 aktif dibayar tiap bulan. Namun alasan kondisi perekonomian yang tidak menentu menyebabkan bulan ini (September 2023), Sri Rahayu belum bisa membayar tagihan BPJS sebesar 115 rb rupiah. Memang angka yang kecil bagi mereka yang bernasib baik, namun itu angka yang cukup besar bagi Sri Rahayu.


Kemudian Dia membeberkan bahwa dirinya belum mendapat kiriman dari suaminya yang bekerja sebagai sopir di Kalimantan.

Sri Rahayu yang hidup bersama anak lelaki satu-satunya, mengaku sudah lama tidak berobat di RSU Kayen.

"Saya sudah lama mboten berobat lagi dikarenakan gak ada biaya untuk mbayar mobil carteran mbak", tutur Sri Rahayu memelas.


Oleh karena itu, wartawan media online pertapakendeng.com ini mencoba membantu urus pengajuan BPJS PBI APBD. Sementara untuk persyaratan sudah komplit, hanya nunggu SKTM dari desa, karena memang SKTM adalah merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi. Setelah berkas komplit, baru akan diserahkan ke Dinas Sosial untuk melancarkan proses BPJS yang dibiayai oleh anggaran Daerah.


Untuk sementara, kebutuhan urgent yang sangat dibutuhkan Sri Rahayu adalah bagaimana bisa kontrol ke RSU Kayen, mengingat kakinya yang dirasa kaku, sakit dan susah digerakkan lantaran sudah lama tak mampu berobat.


 Kendala lain yang menjadi beban Sri Rahayu ini, tidak ada mobil sebagai sarana transportasi  ke RSU Kayen, kecuali dengan menyewa sebesar Rp 300 ribu untuk pulang pergi.


Saat awak media menyampaikan hal tersebut kepada Ali Badruddin Ketua DPR-D Kabupaten Pati, Ali segera menyarankan agar dicek surat kepemilikan Tanahnya.

"Itu coba dipastikan surat kepemilikan Tanahnya, biar kita bantu untuk bedah rumah, dan juga untuk keperluan lain", kata Ali Badruddin.

(Wina)

0 Komentar

bumdes
Redaksi https://www.pertapakendeng.com/2023/02/redaksi.html