Dalam Penerawangan, Pada Pilkada Jateng 1 Mendatang Akan Muncul Kuda Hitam Dari Lereng Kendeng

SEMARANG- Pada Pilkada Jateng 1 mendatang, diterawang akan muncul Seorang Petapa dari lereng Gunung Kendeng sebagai Kuda Hitam yang terlupakan. 

Sosok tersebut telah melanglang buana dan sering turun gunung serta disebut sebagai Bapak Rakyat. Sosok ini memiliki karakter yang melekat dalam dirinya, yakni menebar kebaikan dalam ketulusan pada setiap kesempatan.


Dialah H. Riyanta, S.H., anggota DPR RI Komisi 2, Mantan Polisi berpangkat Kopral. Selain itu Dia juga seorang Aktivis yang nyaring menyuarakan perang malawan korupsi. Sebagai seorang Advokat, Dia pun sering membantu klien hanya dengan imbalan daun singkong. Hal ini karena Riyanta adalah seorang Pengusaha sukses di kota Bumi Mina Tani. Jadi untuk kebutuhan hidupnya Dia tidak mengandalkan profesi Lowyernya.


Hal ini diungkapkan oleh Ahmad Robani Albar, S.H., M.H., Ketua Forum Jateng Gayeng di acara sarasehan dan halal bihalal dengan tema 'Peran Civil Society di Tahun Politik' yang diselenggarakan Forum Jateng Gayeng di Hotel Aston Inn, Pandanaran, Semarang, Jumat,  19/05/23,

Robani memaparkan, bahwa untuk mencari seorang pemimpin publik tidak hanya dilakukan pada tahun politik atau menelang Pemilu saja. Dia mengatakan bahwa hal itu bisa dilakukan dengan cara pengkaderan sejak dini. Selain itu, untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan peran dari civil society, LSM, NGO, dan Media. 

Dalam kesempatan tersebut, hadir H. Haerudin, SH., M.H., menbacakan sambutan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Selain itu, hadir juga para nara sumber, diantaranya adalah H. Riyanta, S.H, Anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan pembicara, Pakar Hukum Notariat Profesor Dr. Widhi Handoko, dan Ketua FKSB Kota Semarang A.M Juma'i. 

Menurut Riyanta, peran civil society perlu dimaksimalkan. 

"Kalau kita berbicara kekuasaan politik, itu intinya kepentingan, kita semua berkepentingan agar Negara Kesatuan Republik Indonesia tetap eksis selamanya", tutur mantan perlemen jalanan ini.

Selanjutnya untuk mewujudkan hal tersebut Riyanta menjelaskan peran civil society atau masyarakat tidak bisa berjalan sendiri. 

"Berbicara elemen demokrasi, terdapat tiga pilar yang tidak bisa dipisahkan, antara lain Pemerintah, Swasta dan Masyarakat atau Civil Society, ketiga sektor ini harus berjalan beriringan, sedangkan sektor masyarakat tugasnya melakukan pengawasan terhadap sektor pemerintahan dan swasta,  tetapi pengawasan itu tidak boleh pengawasan yang mengarah pada hal-hal yang tidak baik", papar anggota DPR RI yang sangat dekat dengan masyarakat ini.

Sosok yang sering menyelesaikan dan berperang melawan mafia tanah ini, menghimbau kepada seluruh elemen masyarakat agar bersiap-siap menjadikan seseorang sebagai calon pemimpin. 

Dia mencontohkan, calon pemimpin disiapkan mulai Mahasiwa semester pertama. 

"Kita cari mana yang berpotensi, kita siapkan agar nanti bisa menjadi pemimpin-pemimpin di tingkat nasional", imbuhnya. 

Ketika disinggung soal dukungan menjadi bakal Calon Gubernur Jawa Tengah, Dia menyebutkan bahwa itu adalah amanat yang tanggungjawabnya berat.

"Saya kira saya tidak kesana, mengalir saja, Allah telah menulis saya mau dikemanakan, menungso mung sak Dermo nglakoni, tetapi jika rakyat menghendaki dan partai menugaskan, tentu siap", tutur Riyanta.

Menurutnya, orang masuk Partai Politik itu bermaksud mendapatkan kekuasaan secara konstitusional. Dia kemudian mengutip perkataan Bung Karno, 'gantungkan cita-cita setinggi langit, berikan saya sepuluh pemuda, akan saya guncangkan dunia'.

"Dan saya adalah bagian dari sepuluh pemuda yang diminta Bung Karno", Pungkas Riyanta.

(Sumadi)

0 Komentar

bumdes
Redaksi https://www.pertapakendeng.com/2023/02/redaksi.html