Warga Kedungdowo, Lestarikan Budaya Jawa Kenduren Kupatan 'Sebuah Tradisi Yang Tak Lekang Zaman'

KUDUS - Pertapakendeng.com., Sepekan setelah hari raya Idul Fitri, sebagian umat muslim Indonesia terutama di Pulau Jawa, merayakan Lebaran Ketupat. Lebaran Ketupat kerap identik dengan tradisi slametan yang sudah berkembang dikalangan masyarakat Nusantara.



Adalah warga dukuh Jetak Desa Kedungdowo, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah yang tetep memelihara tradisi dan budaya orang Jawa yakni Kupatan dalam rangka tasyakuran dan do'a bersama setelah enam hari berpuasa, sebagai rasa syukur atas nikmat Allah SWT yang telah diberikan. 


Kegiatan Kenduri Kupatan tersebut bertempat di serambi Masjid Besar Darussalam Jetak Kedungdowo. Acara berlangsung pada pukul 05.30 - 07.00 WIB. Sabtu, 29 April 2023.


Ali Ahmadi yang merupakan Kepala Dusun (Kadus) dari Pemerintah Desa Kedungdowo yang membuka acara tersebut mengatakan, kita warga dukuh Jetak Desa Kedungdowo tetep memelihara tradisi dan budaya orang Jawa yakni Kenduren Kupatan dalam rangka tasyakuran dan do'a bersama di Masjid Besar Darussalam sejak zaman dahulu hingga sekarang.


"Setelah enam hari kita berpuasa Sunnah, sebagai rasa syukur atas nikmat Allah SWT yang telah diberikan kepada kita semua, kemudian kita mengadakan selamatan Kupatan", katanya.


Ali Ahmadi menambahkan bahwa, Lebaran Ketupat tahun 1444 Hijriyyah / 2023 Masehi atau Syawalan adalah tradisi silaturrahim dan saling berma'af-ma'fan setelah idul Fitri 1 Syawwal.


"Al-hamdulillah pelaksanaan Lebaran Kupatan pada pagi hari ini berjalan dengan aman, lancar, dan sukses", tambanya.


Semantara itu, Kyai Moh. Muhibbin ketua Ta'mir Masjid Besar Darussalam Jetak Kedungdowo mengungkapkan, kegiatan kenduren kupatan adalah merupakan salah satu progam tahunan pengurus.


"Acara do'a bersama dalam rangka lebaran kupatan merupakan sebuah tradisi leluhur yang perlu kita lestarikan dan ini merupakan progam tahunan", ungkapnya.


Sebelum acara do'a bersama kenduri kupatan dimulai, tadi pagi sekira pukul 05.30 WIB kita isi dengan terbang papat, hal ini dikandung maksud untuk mengundang masyarakat yang ingin mengikuti acara kenduri kupatan.


"Lebaran 1 syawal biasanya diawali dengan saling mema'afkan sesama warga, setelah itu, Lebaran ketupat itu sebagian disedekahkan ke Masjid dengan harapan agar selalu diberi kelancaran rezeki, kesehatan, dan keselamatan", tegasnya.


Sementara itu, H. Ali Ihsan, yang merupakan pembina dalam kepengurusan Ta'mir Masjid Besar Darussalam mengatakan, Kupatan merupakan hasil dari pemikiran para wali songo dalam menyebarkan da'wah islam melalui budaya. Umumnya tradisi ini dilakukan oleh masyarakat di Pulau Jawa yang digelar setelah perayaan hari raya Idul Fitri. 


Kata kupat berasal dari bahasa Jawa "Ngaku Lepat (mengaku akan kesalahan) secara filosofis sesama umat muslim diharapkan mengakui kesalahan dan saling mema'afkan dengan memakan ketupat tersebut.


"Menurut tradisi Jawa, bungkus ketupat terbuat dari Janur kuning yang melambangkan tolak bala, sedangkan bentuk segi empat mencerminkan kiblat papat lima pancer, artinya kemanapun manusia menuju, pasti selalu kembali kepada Allah SWT atau arah kiblat", katanya.


H. Ali Ihsan yang merupakan anggota Fraksi PKB DPRD Kudus juga mengungkapkan bahwa, kerumitan anyaman bungkus ketupat sebagai macam kesalahan manusia. Kompleksitas masyarakat Jawa yang harus dieratkan dengan silaturrohim.


Warna putih isi ketupat ketika dibelah dua mencerminkan kebersihan dan kesucian setelah mohon ampun dari kesalahan. Semantara beras sebagai isi ketupat dimaknai sebagai lambang kemakmuran setelah hari raya.


"Tradisi Lebaran Kupatan di Kudus dalam melaksanakan kupatan pada tanggal 8 bulan Syawwal, ada yang mengadakan do'a bersama dimasjid seperti ini, ada juga tradisi bulusan di Kecamatan Jekulo, ada juga yang mengadakan acara tasyakuran, do'a bersama setelan para petani panen raya seperi di Desa Kaliwungu, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus, semua itu merupakan tradisi dan budaya yang perlu kita lestarikan kepada anak cucu kita nanti", pungkasnya.

(Luq)

0 Komentar

bumdes
Redaksi https://www.pertapakendeng.com/2023/02/redaksi.html