Jemaah Islam di Jati Blora, Rayakan Idul Fitri Berdasar Aboge Penanggalan Jawa

BLORA-, - Jemaah Islam penganut penanggalan Alif Rebo Wage atau Aboge di Blora,merayakan Hari Raya Idulfitri pada Sabtu, 22 April 2023.


Salah satu warga Kusnandar, sesepuh penganut Islam Aboge di Dusun tobo,Blora, mengatakan, 1 Syawal tahun ini jatuh pada Minggu Wage.


Menurutnya, perhitungan tersebut sesuai dengan penanggalan Jawa.


Di kecamatan Jati, kabupaten Blora,hampir sekitar 70 persen masyarakatnya saat hari raya idul Fitri masyarakatnya menggunakan hitungan Jawa Aboge.


Kusnandar menjelaskan, dalam sejarahnya penanggalan Jawa diciptakan Sultan Agung dari Kerajaan Mataram Islam.


Pada waktu itu, di tanah Jawa sudah masuk masa islamisasi sehingga sudah banyak masyarakat yang beragama islam.


Namun dalam pelaksanaannya, masyarakat masih menggunakan penanggalan lama yang menganut peredaran matahari. 


Sehingga untuk mensinkronkan kebudayaan Jawa dengan hari-hari besar agama Islam dibuatlah penanggalan Jawa. 


"Jadi penganut penanggalan Aboge ada rumusnya sendiri berdasarkan tahun Jawa.


Aboge ini berasal dari kata tahun Alif, tanggal 1 Suro, hari Rebo Wage.


Tahun Alif tanggal 1 Suro ini menjadi tahun baru Aboge, perhitungan awal puasa maupun 1 Syawal dihitung dari situ," jelasnya kepada awak media, Sabtu 22 April 2023. 


kusnandar mengungkapkan, perhitungan ini terbilang cukup rumit sehingga tidak semua orang bisa.


Di jati Blora saja hanya ada beberapa orang yang paham mengenai perhitungan ini. 


Walaupun sholat idul Fitri di laksanakan sama dengan pemerintah pada Sabtu 22 April 2023, namun yang membedakan adalah setelah satu hari shalat idul Fitri baru melakukan salam salaman atau bersilaturahmi. namun hal ini tidak lah menjadi permasalahan.


Bahkan, kata dia, hal ini sudah menjadi hal biasa setiap tahunnya, lantaran mereka memiliki cara perhitungannya sendiri.

 

Umat Islam penganut penanggalan Aboge di kecamatan Jati, merayakan Hari Raya Idulfitri dengan tradisi Selametan Tedun Bada setelah shalat Idul 1fitri.


"Orang sini menyebutnya Selametan Tedun Bada atau selamatan hari raya.


Ya istilahnya syukuran setelah menjalankan puasa ramadhan sebulan," jelasnya. 


Dalam tradisi ini masyarakat akan membawa nasi setengah lingkaran atau disebut golong separo atau kenong lengkap dengan berbagai lauk pauk. 


Setelah makan bersama,masyarakat pulang dan beraktifitas seperti biasa.mundur 1 hari  baru dilanjutkan dengan halalbihalal atau bersalaman saling maaf-maafan antar warga.

(LISWANTO)

0 Komentar

bumdes
Redaksi https://www.pertapakendeng.com/2023/02/redaksi.html