STAI Pati Gelar Shalawat Di Hari Ulang Tahunnya atau Dies Natalis yang ke 37

PATI, JATENG - STAI PATI (Sekolah Tinggi Agama Islam Pati) gelar shalawat yang dikemas dalam 'STAI Pati Bershalawat' pada hari ulang tahunnya atau Dies Natalis yang ke 37, dengan rangkaian Khotmil Qur'an bin nadhor dan Manaqib Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani , Sabtu, 29/10/22.

Dies Natalis adalah sebuah peringatan hari lahir perguruan tinggi dan dianggap sebagai peristiwa penting yang menandai awal perjalanan pendidikan dari suatu lembaga pendidikan.

Dies artinya hari (day), sedangkan natalis dalam bahasa latin artinya kelahiran (birth). Atau bisa kita artikan sebagai hari lahir, atau hari ulang tahun sebuah lembaga. STAI Pati adalah satu-satunya perguruan tinggi tertua di Kabupaten Pati.


Acara yang berlangsung di Aula Perpustakaan Sekolah Tinggi Agama Islam Pati, Jl. Kampus Raya No.5, Sawah, Dadirejo, Kec. Margorejo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah ini, di mulai pukul 09.00 Wib, dengan dipandu oleh pembawa acara Fuadi Abdul Jabbar, M.Pd.I, sebagai Kepala Ma'had STAI Pati.

Acara menjadi terasa lengkap dengan hadirnya Abd. Azis, M.Ag., Waket I, Sofi'ah, M.Pd., Waket II, Iffah Mardiyati, M.Si., Waket III, Ka'anto, M.S.I., perwakilan Senat, Yusuf Fathoni, M.Ag. Acara makin terasa khusyu' dan Hidmat dengan diikuti para mahasiswa yang mencapai 200 orang.


Pemotongan tumpeng menandai dimulainya acara dilakukan oleh Aida Husna, M.A., ketua STAI PATI.

Pada sesi Khotmil Qur'an yang dibuka oleh Fu'adi Abdul jabbar itu, nampak para peserta membaca Qur'an Khotmil Qur'an dengan buku panduan yang dibagikan pihak Universitas. Dalam perenungan, mereka seolah berada dan hidup di zaman kerasulan. Gema Qur'an menghiasi ruangan yang berukuran 9x15 meter tersebut.

Usai Khotmil Qur'an bin nadhor dilanjutkan dengan pembacaan suroh Al-Ikhlash sebagai tanda dimulainya bacaan Manaqib Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani yang dipimpin oleh  Abd. Azis. M. Ag.

Sujud syukur menyusul setelah pembacaan do'a oleh Mustofa, M.Pd. perwakilan dari Yayasan, dengan diawali niat sambil berdiri dengan bacaan takbir. 

Dalam sambutannya, Aida Husna, M.A, Ketua STAI Pati menekankan pada para mahasiswanya, bahwa ujian menuju sukses pasti ada, olehnya jangan menyerah dan tetap istiqomah sambil berusaha.

 "Pasang surut dan tantangan dalam penyelenggaraan pendidikan di STAI Pati, Alhamdulillah masih kokoh tegak berdiri, semoga bersama kita gapai harapan kita bersama, STAI Pati lebih maju dan berkwalitas, jangan takut bermimpi, sambil bergerak dan usaha tuk menggapai impian dan asa kita", papar 

"Terima kasih kepada semua elemen yang turut menyukseskan Dies natalis STAI Pati ke 37 ini, semoga ke depan lembaga kita semakin maju", imbuhnya.

Sementara dari pihak Yayasan Pendidikan Islam (YAPI) yang diwakili oleh Drs. K.H. Rodli Ridwan,  berkaitan dengan berdirinya Yayasan Pendidikan STAI Pati ini mengingatkan pada para mahasiswa, bahwa peringatan hari lahir ke 37 STAI ini sebagai sarana meneruskan perjuangan Nabi Muhammad SAW, untuk memperbaiki akhlak dan membangun peradaban dunia yang islami.

"Mencontoh dan meneladani junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, meski dilahirkan dalam keadaan yatim tanpa ayah yang mendampingi, dua tahun kemudian juga sang ibu meninggal dunia, namun beliau mampu menginspirasi dan merubah dunia, membawa ummat dari alam kegelapan menuju alam yang terang, demikian pula tugas kita bersama Yayasan Pendidikan ini, agar meneruskan dan melestarikan Perjuangan Nabi, yaitu Li i'laai kalimatillahi hiya 'ulya", paparnya. 


Dalam puncak acara Dies natalis ini dimeriahkan rebana Assyifa, group rebana milik yayasan pendidikan Islam STAI pati. Nampak lihai dan sangat profesional para penabuh alat rebana tersebut, dengan melantunkan lagu-lagu yang bernuansa islami, yang tak kalah dibanding group rebana musik Habib Syekh yang telah mendunia.


Di dua sudut depan kiri kanan juga ditampilkan dua orang penari sufi ala timur tengah yang digemari oleh Aswaja Indonesia. Selama lebih kurang 15 menit penari yang diperankan oleh Syafi'i Trangkil, Umam asal Batangan dan Shodikin dari Gembong  ini berputar tanpa Jeddah, hal itu sangat menarik kekaguman para peserta yang menyaksikan. 

"Kok gak pusing kepala ya?, Itu kalo saya sudah jatuh terkapar dan muntah luar biasa itu, maa syaa Allah, kok bisa ya?!", kata Ziyan dengan nada takjub, yang duduk bersebelahan dengan wartawan pertapakendeng.com.

(Sumadi)

0 Komentar

bumdes
Redaksi https://www.pertapakendeng.com/2023/02/redaksi.html