Bancaan Ketupat Dan Lepet Merupakan Tradisi Turun Temurun


 BLORA, pertapakendeng.com– Sebagian besar warga di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, sibuk memasak ketupat dan lepet menjelang tradisi kupatan 2022.

Ketupat atau kupat dibuat dari beras yang telah dicuci dan direndam dengan air beberapa waktu, kemudian dimasukkan ke dalam selongsong (wadah) dari janur kelapa.

Sedangkan lepet adalah pasangan dari ketupat. Makanan ini terbuat dari bahan beras ketan pilihan.

Cara membuatnya hampir sama dengan ketupat. Hanya saja, untuk wadah dari janur dibuat dengan cara dilipat menjadi beberapa bagian, kemudian diisi beras ketan. Biasanya dicampur parutan kelapa, kacang tolo.

Supaya tidak tumpah, lepet diikat dengan merang padi atau sayatan bambu. Ada juga yang membuat lepet dengan cara dibungkus daun pisang.

Beberapa warga di Blora, masih memasak kupat dan lepet di atas tungku tanah liat dengan bahan bakar kayu.

Kemudian ditunggu beberapa waktu, hingga masak dan siap dihidangkan dengan aneka sayur berkuah santan kelapa. Sensasinya memang khas sekali.

Tradisi kupatan atau lebaran ketupat atau “bodo kupat” dilaksanakan pada H+7 Idulfitri 1443 Hijriah atau tepatnya Senin (9/5/2022).

“Iya ini saya ini lagi sibuk, masak kupat dan lepet, ini tradisi tiap tahun, nanti bisa makan ketupat bersama anak dan cucu,” kata samirah, warga Desa pilang Kec. Randublatung Blora, Minggu (8/5/2022).

Biasanya, sayur berkuah santan kelapa yang pas untuk makan ketupat, kata samirah, yaitu sayur gori, tempe, tahu, kacang panjang dan ikan wader dan udang kali.

Ada juga beberapa warga yang memilih untuk membuat sayur opor daging ayam.

Ungkapan senada disampaikan oleh lasiyem, warga Dk.Bukakan DS. pilang Kec.Randublatung  Blora yang juga sibuk memasak ketupat dan lepet.

“Kupat dan lepetnya sudah diisi beras, nanti tinggal memasak dan membuat sayur,” ucap lasiyem.

Pada malam hari tradisi kupatan, biasanya warga setempat menggelar acara hajatan bersama di rumah perangkat desa atau di tempat lainnya yang sudah disepakati.

Para warga, khususnya ibu rumah tangga, membawa bungkusan berisi kupat dan lepet.

Setelah berkumpul, tokoh masyarakat atau tokoh agama, memimpin doa bersama, memohon keselamatan, kesehatan, panjang umur, serta dimudahkan mencari rezeki kepada Allah SWT, sehingga bisa bertemu kembali pada tradisi kupatan di tahun mendatang.

Beberapa warga juga membagikan ketupat dan lepet kepada famili atau tetangga sekitar yang tidak berkesempatan membuat atau memasak.

Sebelumnya, menjelang lebaran ketupat atau tradisi kupatan 2022, sebagian besar warga di kabupaten Blora, Jawa Tengah berburu dan membeli janur kelapa baik di pasar tradisional maupun yang dijual keliling oleh pedagang.

“Setahun sekali, buat ketupat dan lepet dimakan bersama keluarga dan dibagikan ke saudara,” witono, pecinta kuliner warga Kecamatan Randublatung Blora.

Nama ketupat kata witono,atau dari beberapa sumber yang diketahui, memiliki makna simbolis, khususnya bagi orang Jawa Tengah.

Kupat atau ketupat bagi orang jawa memiliki makna simbolis.

“Kupat dapat berarti ku-ngaku pat-lepat. Ngaku lepat (mengaku kesalahan) baik kesalahan yang dilakukan secara kasar (nyata/disengaja) maupun yang halus (tidak kelihatan/tidak disengaja),” ungkapnya

Menurutnya, kerap juga digunakan untuk parikan pada acara tertentu.

“Kupat kecemplung santen, menawi kathah lepat nyuwun pangapunten (kupat dicelup kuah santan, kalau ada salah mohon dimaafkan),” ucapnya sambil tersenyum.

(LISWANTO)

0 Komentar

bumdes
Redaksi https://www.pertapakendeng.com/2023/02/redaksi.html