Kudus Sangat Kental Dengan Tradisi Tabuh Bedug Dandangan Sambut Bulan Suci Ramadhan


KUDUS - Pertapakendeng.com,. Umat muslim di dunia, termasuk di Indonesia, bersuka cita menyambut datangnya bulan Ramadhan yang akan tiba. Saking bersuka citanya memyambut Ramadhan 1443 H/2022 M. Masyarakat Indonesia punya tradisi yang berbeda untuk menyambutnya, tradisi di masyarakat Indonesia menyambut Ramadhan atau bulan puasa.


Bertempat di halaman Masjid Besar Darussalam dukuh Jetak Desa Kedungdowo, Kecamatan Kaliwungu Kudus. Pada hari Jumat, 01 April 2022. Diselenggarakan "Mapak Tanggal Siji Ramdhan" dalam acara tersebut ditandai Bedug Dhandang yang hanya ditabuh sekali saja.


Dalam acara "Mapak Siji Ramadhan" (menjelang, menyambut tanggal satu Ramadhan -red). Ditabuh bedug dhandangan oleh ketua Ta'mir Masjid Besaar Darussalam Kyai Muhibbhin. Kegiatan tersebut berlangsung sekira pukul 16.00-17.15 WIB.


Ketua Ta'mir Masjid Besar Darussalam dalam sambutan mengatakan "bahwa acara ini terselenggara atas dukungan dan partisipasi masyarakat dukuh Jetak. Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya semoga amal mereka dibalas Allah SWT dengan balasan yang berlipat ganda Amin.


"Kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas kepada Ikatan Remaja Masjid Besar Darussalam (IRMADA), Jam'iyyah Hidayatus Syubbban, dan Persatuan Remaja Islam (Paris Putri), juga para pedagang yang telah membantu dan turut mensukseskan dalam kegiatan ini," imbuhnya.


Lebih lanjut Muhibbin menambahkan dalam kegiatan "Mapak Tanggal Siji Ramdhan" pada tahun 2022 pada sore hari ini kita hanya menabuh bedug dhandangan hanya satu kali saja. Hal ini dikarenakan belum ada keputusan yang jelas dari pemerintah yang menyatakan bahwa besuk itu tanggal 1 Romadhon 1443 H.


"Kepada para masyarakat yang hadir pada sore kali ini kami persilahkan untuk membeli jajan dengan kupon yang disediakan oleh para pemuda dan remaja masjid. Setiap orang akan mendapatkan 3 buah kupon yang dapat ditukarkan berbagai macam jajan yang ada dihalaman Masjid Besar Darussalam" tegasnya.


Ditempat terpisah H. Ali Ihsan, S.Ag MH yang merupakan warga dukuh Jetak Desa Kedungdowo mengungkapkan "Bahwa memang tradisi dan budaya tabuh bedug dhandangan yang ada didukuh Jetak ini merupakan tradisi yang turun-temurun. Ini merupakan kearifan lokal yang memang harus tetep kita lestarikan.


Memang tradisi ini sama dengan tabuh bedug blandrangan yang diadakan di Yayasan Masjid Menara Makam Sunan Kudus (YM3SK). Karena memang tradisi ini mengadopsi budaya budaya yang dilakukan Sunan Kudus. Tradisi tabuh bedug blandrangan atau dhandangan ini merupakan tradisi masyakarat Kudus dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Tabuhan bedug dang-dang dari atas menara Kudus menandai awal bulan Ramadhan pada besuk paginya.


Karena dulu Masjid Besar Darussalam ini juga punya menara yang bisa dikatakan hampir dengan menara Kudus, kalau Masjid Menara Kudus punya menera, kita juga punya menara jadi mungkin para tokoh dan ulama dukuh Jetak Desa Kedungdowo ini yang menyamakan dengan Masjid Menara Kudus begitu, sehingga muncul ide untuk diadakan kegiatan yang sama.


Dia menambahkan ada sejarah terkait tradisi tabuh menabuh bedug diatas menara Kudus. Konon katanya Sunan Kudus menabuh beduk untuk memberi tahu kepada masyarakat jika besuk pagi merupakan tanggal 1 Ramadhan. Saat itu pula masyarakat berkerumun untuk menuggu kepastian awal bulan Ramadhan," imbuhnya.


H. Ali Ihsan (Ketua Fraksi Kebangkitan Bangsa) juga menambahkan "Saya menjadi anggota DPRD Kudus, sebagai wakil rakyat maka dalam keputusan penentuan awal bulan suci Romadhon 1443 H/2022 M, tentunya akan mengikuti keputusan dari Menteri Agama (Menag)," 


Oleh karena itu kami atas nama pribadi, keluarga dan F-PKB mohon maaf yang  sebesar-besarnya, karena Romadhon adalah bulan suci yang penuh berkah dan ampunan. Bulan Romadhon adalah bulan yang lebih baik dari pada seribu bulan," pungkasnya.


Solihan salah satu pedagang jajan yang ikut berjualan mengatakan "saya sangat senang sekali jika acara seperti ini bisa terus dilaksanakan, karena akan membatu para pedagang seperti saya.


"Kemarin pandemi Covid -19 banyak sekolahan yang dharing seperti sekolah libur sehingga penjualan saya menurun hampir tidak ada pemasukan. Kalo diadakan acara seperti ini jadi dapat masukan yang cukup lumayan," katanya.


Sementara itu Selamet beserta anaknya jauh-jauh datang dari Desa Sidorekso untuk melihat acara tabuh dhandangan di Masjid Darussalam Jetak sore hari ini karena kangen dengan suasana seperti ini. Saya ini asli kelahiran Jetak cuma sekarang tinggal di Desa Sidorekso.


Ada sedikit perbedaaan waktu saya kecil dengan sekarang ini. Kalau dahulu waktu saya kecil lihat tabuh bedug dhandangan disini harus bawa uang saku karena jajanya tidak geratis, lha sore ini semua jajanya Geratis. Jadi lebih enak sekarang dan menu jajannya juga macem pilihan sesuai dengan selera pengunjung," katanya. 

Reporter ; Luq

0 Komentar

bumdes
Redaksi https://www.pertapakendeng.com/2023/02/redaksi.html