Menumbuhkan Kepekaan Sosial di Masa Pandemi COVID-19 dengan Senyum.

 


Minggu, 21 November 2021 | 

BLORA-pertapakendeng.com - Menumbuhkan kepekaan sosial di masa pandemi COVID-19 menjadi tema ceramah subuh di masjid Nurul Falah Perumnas Karangjati, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora, Minggu (21//11/2021).


Informasi ceramah disampaikan mantan Sekretaris Daerah Blora H. Bambang Sulistya di hadapan umat muslim setempat setelah menunaikan salat subuh.


"Alhamdulilah, saya telah melaksanakan penyampaian informasi setelah salat subuh berjamaah di Masjid Nurul Falah Perumnas Karang Jati Kecamatan Blora," kata Bambang Sulistya.


Dalam ceramahnya, Bambang mengawali cerita tentang makna Minggu Legi, adalah rejeki dan angka 21 adalah kelipatan angka 7 yang orang Jawa bilang pitulungan (pertolongan).


Sehingga berharap yang hadir di masjid pada pagi hari ini semua akan mendapat rezeki yang barokah dan berlimpah serta selalu memperoleh pertolongan dari Allah Yang Maha Kuasa.


"Adapun tema yang saya sampaikan berjudul Menumbuhkan Kepekaan Sosial di Masa Pandemi COVID-19," jelasnya.


Dikatakannya, dalam berbagai kesempatan Presiden Joko Widodo meminta kepada para pejabat baik di tingkat Nasional, Provinsi, Kabupaten, Kecamatan sampai di tingkat desa agar di masa krisis seperti saat ini hendaknya memiliki kepekaan sosial yang tinggi terhadap penderitaan sebagian warga masyarakat sebagai dampak COVID-19.


"Berkenaan dengan hal tersebut perlu adanya upaya-upaya untuk menumbuhkan kepekaan sosial di masyarakat," ujarnya.

Untuk memotivasi diri dan jemaah salat subuh, Bambang Sulistya mencoba mengusahkan dialog antara Nabi Musa AS dengan Allah SWT yang ditulis oleh Imam Ghazali dalam kitabnya Muka Syafatul Qulub.


Nabi Musa pernah bertanya kepada Allah SWT,  "Wahai Allah, aku sudah melaksanakan ibadah yang Engkau perintahkan. Manakah di antara ibadahku yang Engkau senangi. Apakah Salatku,"


Allah SWT kemudian menjawab, "Salatmu hanya untukmu sendiri. Karena salat membuat engkau terpelihara dari perbuatan keji dan mungkar".


Kemudian Nabi Musa AS bertanya lagi kepada Allah SWT, "Apakah dzikirku"


Lalu Allah SWT menjawab, "Dzikirmu itu untuk dirimu sendiri. Karena Dzikir membuat hatimu tenang,".


Nabi Musa AS masih penasaran dan mengatakan,"Apakah puasaku,".


Kemudian Allah SWT menjawab, "Puasamu itu hanya untukmu saja, karena puasa melatih diri dan mengekang hawa nafsu"


"Lalu ibadah apa yang membuat Engkau senang ya Allah," ucap nabi Musa AS.


Kemudian Allah SWT menjawab, "Sedekah. Tatkala engkau membahagiakan orang yang sedang kesusahan dengan sedekah, sesungguhnya aku berada di sampingnya"


Menurut Bambang Sulistya, dialog antara Nabi Musa AS dan Allah SWT menunjukkan kepada kita semua bahwa ibadah ibadah seperti salat, dzikir dan puasa belum tentu membuat Allah SWT senang kepada kita, walaupun ibadah tersebut sangat tinggi nilai pahalanya.


"Mengapa demikian. Karena ibadah-ibadah tersebut hanya berdampak pada diri manusia sendiri tidak berdampak kepada orang lain," tuturnya.


Kemudian apabila setiap perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang sangat bermanfaat bagi orang lain dapat dimaknahi sebagai suatu ibadah.


"Maka senyum itu merupakan ibadah yang paling mudah dan murah," ucapnya.


Namun disisi lain SENYUM dapat juga dijadikan sebuah akronim yang merupakan langkah langkah atau upaya menumbuhkan kepekaan sosial.


S-Sedekah, jadikan kebutuhan hidup sehari- hari dalam kehidupan di masyarakat bukan sekedar di slogan atau selebaran.

(Sukisman)

1 Komentar

bumdes
Redaksi https://www.pertapakendeng.com/2023/02/redaksi.html