Rochim Sutopo DPRD Kudus Gandeng IMM Sebagai Agen Perubahan Untuk Atasi Masalah Sampah di Kudus

KUDUS - Persoalan sampah merupakan hal yang harus segera diatasi, karena itu semua kalangan harus dapat bekerja sama untuk mengatasi persoalan sampah. Peran mahasiswa sebagai agen perubahan (agent of change) sangat dibutuhkan. Karena Mahasiswa diharapkan membawa pergerakan perubahan ke arah yang lebih baik.




Menanggapi hal Tersebut Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) Kudus menggelar diskusi dengan tema "Peran Mahasiswa Dalam Menyikapi Problematika Lingkungan Di Kudus.


Kegiatan diskusi tersebut berlangsung di Kedung Coffe 1 Jl. Lamboo, Singocandi Gedangsewu Singocandi, Kecamatan Kota Kudus pada Sabtu, 14 September 2024 Pagi.


Hadir seratusan mahasiswa dari berbagai Kampus, PC IMM Kudus, Noor Rochim, S.Ag PC IMM 2022-2023, H. Rochim Sutopo, S.T., M.T DPRD Kudus, Redy J Prasetyo Deputy Community Development Manager PT Djarum dan sejumlah tamu undangan.


Komisi C DPRD Kudus 2024-2029 H. Rochim Sutopo, S.T., M.T dalam diskusi mengatakan, problematika lingkungan di Kudus dalam ini mengenai spesifik sampah. Pasalnya sampah merupakan salah satu permasalahan terbesar yang ada di Indonesia yang masih sangat sulit di atasi, bahkan pada tahun 2021 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat, Indonesia menghasilkan sebanyak 21,88 juta ton sampah. 


Dengan permasalahan Sampah ini Indonesia menjadi negara penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia. Fakta ini dikuatkan oleh data yang diperoleh dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS), yang menyatakan bahwa 3,2 juta ton sampah yang dibuang ke laut adalah sampah plastik. Kantong plastik yang terbuang ke lingkungan sebanyak 10 miliar lembar per tahun atau sebanyak 85.000 ton kantong plastik.


Sementara di Kudus timbunan Sampah harian mencapai 440,89 ton tahun 2020 lalu menurut Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN). Sampah organik di Kudus mencapai 430.56 m kubik perhari dengan 2020 menurut Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF).


Menurutnya program pemerintah daerah (Pemda) Kudus yang disiapkan disebut belum menyentuh penanganan sampah. Sehingga sampah yang diproduksi masyarakat hanya sekadar dikumpulkan dan dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA).


"Penanganan sampah harus tuntas, jangan sampai buat gunungan sampah di TPA. Pemda Kudus harus serius menangani sampah, dengan cara diolah, bukan ditimbun," terangnya.


Politikus PAN (periode 2024-2029) itu menilai dalam beberapa tahun terakhir di Kudus belum ada perencanaan program yang spesifik ditujukan untuk menangani sampah. Termasuk program pemerintah daerah yang telah disusun untuk tahun anggaran 2024.


Sampah harus bisa dijadikan nilai ekonomis untuk pendapatan daerah. Di 2024 ini belum ada program penanganan sampah, masih hanya sebatas sosialisasi karakter saja, sedangkan pengadaan alat dan perluasan TPA belum ada.


Padahal pengadaan alat insinerator alat pembakar sampah yang ramah lingkungan dinilai bagian dari upaya untuk mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA. 


Supaya sampah-sampah yang diproduksi masyarakat tidak hanya ditimbun di TPA yang nantinya akan penuh hingga over kapasitas. Butuh solusi lain yang harus dimulai sejak saat ini untuk menekan produksi sampah, sekaligus mengurangi volume sampah yang dibawa ke TPA. 


"Pemda belum serius dalam penanganan sampah. Misalnya, pembelian alat pengolahan sampah ini penting, supaya sampah tidak hanya ditimbun dan ditimbun," tegasnya. 


Soal sampah ini tidak boleh dihiraukan, sudah banyak daerah yang berhasil mengelola sampahnya, bisa kita contoh. Penanganan sampah, permukiman kumuh, dan isu lingkungan hijau harus ditingkatkan lagi. Biar semuanya jalan, tidak fokus pada satu tujuan saja.


"Skema pengolahan sampah yang terintegrasi dimulai dari upaya penataan dan pemanfaatan Sarpras yang ada, mulai dari Tempat Pembuangan Sampah (TPS) yang menggunakan sistem 3R (reduce, reuse dan recycle), juga menggandeng pihak-pihak terkait dan perusahaan seperti Djarum Foundation Peduli Lingkungan untuk membantu penanganan sampah di Kudus," ujarnya.


"Kami berharap mahasiswa sebagai generasi muda Indonesia memang kita peduli dan menjaga kelestarian lingkungan, hal ini bukan hanya berdampak pada diri sendiri namun juga orang banyak," pungkasnya.


Sementara itu, Redy J Prasetyo Manager PT Djarum mengatakan, Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF) meluncurkan Program Kudus Asik bersama Pemkab Kudus pada bulan Maret lalu.


Program ini sebagai upaya membantu pemerintah meningkatkan capaian kota yang bersih dan terjaga lewat pengelolaan sampah berkelanjutan dan komitmen pemerintah Kabupaten Kudus menuju zero waste, zero emission (ZWZE) 2040.


BLDF telah menginisiasi program Kudus Asik ini sejak 2022 melalui kampanye digital tentang pengelolaan sampah berkelanjutan di akun Instagram @kudus.asik dengan sasaran generasi muda Kabupaten Kudus.


Kudus Asik menggalang aksi nyata berupa mengumpulkan sampah organik yang berasal dari 312 mitra Djarum Peduli Lingkungan yang terdiri dari catering dan rumah makan, hotel, fasilitas kesehatan dan pendidikan, panti asuhan dan pondok pesantren, mitra korporasi, pasar tradisional, dan masyarakat desa di Kabupaten Kudus.


Sampah organik tersebut selanjutnya diolah di pusat pengomposan berkapasitas 50 ton di Pusat Pembibitan Tanaman (PPT) BLDF di Kabupaten Kudus.


“Saat ini di tengah tantangan dunia menghadapi perubahan iklim, BLDF melebarkan sayap dengan program tata kelola sampah melalui pengurangan jumlah sampah organik di daerah hulu. Kami percaya, inisiatif pengelolaan sampah organik ini, akan berdampak signifikan pada penurunan emisi karbon," ujarnya.


Timbulan sampah harian di Kabupaten Kudus mencapai 440,89 ton tahun 2020 lalu, menurut Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN).


Sementara, tercatat sampah organik di Kudus mencapai 430,56 meter kubik per hari dengan 13,58% terolah pada 2020 menurut BLDF.


Progam BLDF lingkungan yang nyata bisa kita lihat pohon trembesi sepanjang jalan Demak-semarang, penghijauan pegunungan Patiayam yang luasnya ada sekitar 2.900 ha.

Untuk lebih menghidupkan acara agar lebih gayeng dilanjut dengan diskusi yang dipandu oleh moderator Noor Rokhim, S.Ag., ketua PC IMM Kudus 2022-2023.

(Luq)

0 Komentar

bumdes
Redaksi https://www.pertapakendeng.com/2023/02/redaksi.html