Pengakuan Polos Mantan Pengangsu BBM Bersubsidi di SPBU Dekat Polsek

PATI- Setelah melalui perjalanan panjang dan sulit, reporter pertapakendeng tv akhirnya mendapatkan informasi dari sumber yang valid dan dapat dipercaya. Informasi ini dihimpun lebih dari satu orang sumber yang secara blak-blakan membeberkan perilaku curang yang dialaminya sewaktu mengangsu BBM jenis solar bersubsidi di SPBU sebelah Mapolsek.


Sedikitnya ada 3 kelompok pengangsu di SPBU. Pertama adalah kelompok pengangsu BBM Jenis Solar menggunakan truck dengan kapasitas 100 liter, kedua kelompok pengangsu yang menggunakan geligen 35 liter, dan kelompok yang ke tiga adalah pengangsu yang menggunakan sepeda motor bertangki kapasitas 20 liter, seperti SPM jenis Ninja.

Para pengangsu ini mengalami berbagai kerugian, yang mana, mau tidak mau harus pasrah dengan cara curang yang diterapkan oleh operator atau mandor POM.

Pasalnya, tanpa mengikuti permainan curang tersebut, para pengangsu dipastikan tidak akan dilayani dalam kepentingannya membeli BBM bersubsidi.

Dari pengakuan MS dan SD pengangsu BBM bersubsidi, bahwa harga BBM jenis solar dia harus membayar Rp 7.100,- dari yang seharusnya sesuai harga standar pemerintah adalah rp 6.800, masih ditambah uang pok Rp 10.000,- per Truk/engkel.

Dari penjualan tersebut, operator yang bekerja di bawah kendali seorang mandor ini sudah mengambil keuntungan secara ilegal kepada konsumen sebesar rp.300,-. 

Tak hanya itu, dari 100 liter BBM yang dibelinya dari SPBU tersebut, ternyata setelah ditakar isinya maksimal hanya 97-99 liter.

Sedangkan untuk Pengangsu yang menggunakan gligen, setiap gligen berisi 35 liter, pengangsu harus membayar pok Rp.17.500,- atau rp.500,- per liter. Ada juga yang mengaku mengisi dua geligen 70 liter membayar Rp 500.000,00,- dari yang seharusnya membayar Rp 476.000,00,-.

Tera dilaksanakan tiap tanggal 01 hingga tanggal 05 tiap bulan. Setelah alat ukur BBM ditera, alat ini kembali disetel oknum mandor untuk mencurangi konsumen. 

Sementara untuk pengangsu pertalite yang menggunakan SPM ninja dengan kapasitas tangki 19,8 liter, ketika diisi di SPBU tersebut hanya mendapatkan BBM jenis pertalite 19,3 liter.

Itung punya ituung, keuntungan yang didapatkan mandor dan operator SPBU ini mencapai Rp. 5.400.000 tiap 16 ton BBM jenis solar bersubsidi. 

Sedangkan hasil mencurangi konsumen melalui alat ukur SPBU yang diatur sedemikian rupa sehingga setiap pembelian 100 liter BBM jenis pertalite, yang keluar hanya 98 liter, maka keuntungan dari penjualan BBM jenis pertalite ini mencapai 320 liter X 10.000= 3.200.000

Di SPBU nomor 44591** ini terdapat lebih kurang 80 mobil Pengangsu, baik mobil jenis truk maupun minibus. 

Inilah suara keluhan konsumen BBM untuk umum, yang mengeluhkan sulitnya beli BBM di SPBU karena dipenuhi Pengangsu.

"Sangat disayangkan kebanyakan orang yang mengangsu solar dan bagi yang mau beli untuk umum harus mengantri lama banget, mohon pihak pertamina bisa lah jangan mengecewakan pelanggan seperti itu, emang adakah jalur khusus pengangsu solar dan khusus umum?, udah antri lama katanya ambil jalur yang sebelah karena yang ini jalur untuk pengangsu, giliran udah pindah juga sama aja yang antri jalur umum juga para pengangsu, saya sebagai pengguna umum sangat kecewa, mohon bisa ditindak lanjuti!! setau saya hanya di SPBU Sukolilo aja yang parah banget banyak pengangsu", demikian keluhan yang tertulis pada komentar di google maps dengan nama akun Wong edan.

(Sumadi)

0 Komentar

bumdes
Redaksi https://www.pertapakendeng.com/2023/02/redaksi.html